Senin, 18 Mei 2015

perjuangan dalam hidup merupakan suatu usaha dalam keseharian kita sebagai manusia. dalam memenuhi kebutuhan banyak cibaan dan rintangan yang harus dilalaui. jangan menganggap remeh terhadap sesuatu yang belum tercapai.

Kamis, 15 November 2012

MOBILITAS SOSIAL


MAKALAH SOSIOLOGI
TENTANG

MOBILITAS SOSIAL






DI SUSUN
OLEH


NAMA          : EVANS WIJAYA TAMPUBOLON
NPM              : 090600074
















FAKULTAS HUKUM
UNIKA SANTO THOMAS MEDAN
TAHUN AJARAN 2010/2011




KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah dengan judul “Mobilitas Sosial” ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun sebagai prasyarat tugas mata kuliah Saosiologi. Mobilitas  adalah gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan
menguraikan bagaimana mobilitas sosial  itu sebenarnya.
Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Tak
lupa terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyususnan makalah ini.
Penulis memohon maaf yang sebesarnya jikaada kesalahan yang tidak di sengaja dalam makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat.



Medan, 01 Agustus 2011































DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A.  LATAR BELAKANG........................................................................
B.  TUJUAN PENULISAN.....................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A.  Definisi Mobilitas Sosial......................................................................
B.  Cara untuk melakukan mobilitas sosial................................................
C.  Bentuk mobilitas sosial.........................................................................
D.  Faktor penghambat mobilitas sosial......................................................
E.   Hubungan Pendidikan dengan Mobilitas Sosial...................................
F.   Pendidikan sebagai Sarana Mobilitas...................................................

BAB III KESIMPULAN..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................




















BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Mobilitas sosial adalah ilmu atau usaha sadar dan terencana yang sistematis dalam upaya memanusiakan manusia. Mobilitas  adalah ilmu yang mempelajari
Stuktur sosial  tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok.
Salah satu pokok pembahasan mobilitas menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
Sementara penjelasan dari Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menguraikan bagaimana mobilitas sosial itu sebenarnya.


B.   TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan isi dari makalah ini adalah untuk mengetahui arti dan penjelasan dari mobilitas sosial itu di dalam kelompok bermasyarakat.
Yang diantaranya adalah ;
1.     Defenisi mobilitas sosial
2.     Cara untuk melakukan mobolitas sosial
3.     Bentuk mobilitas sosial
4.     Faktor penghambat mobilitas sosial
5.     Hubungan pendidikan dengan mobilitas sosial
6.     Pendidikan sebagai sarana mobilitas















BAB II
PEMBAHASAN



A. Definisi Mobilitas Sosial
Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya. Sementara menurut  Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi Mobilitas Sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.

B.  Cara untuk melakukan mobilitas sosial
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :
1. Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Manager, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.


2. Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.

3. Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya.
Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah asing.

C. Bentuk mobilitas sosial
1. Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah status sosialnya.


2. Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Mobilitas vertikal ke atas (Social climbing)
Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing mempunyai dua bentuk yang utama masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada sebelumnya.
Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah. Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri menjadi ketua organisasi.

b. Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
 Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama
Ø  Turunnya kedudukan.
Kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah. Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
Ø Turunnya derajat kelompok.
Derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
Contoh: Juventus terdegradasi ke seri B. akibatnya, status sosial tim pun turun.

3. Mobilitas antargenerasi
Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya.
Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.

4. Mobilitas intragenerasi
Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang terjadi di dalam satu kelompok generasi yang sama.
Contoh: Pak Darjo adalah seorang buruh. Ia memiliki anak yang bernama Endra yang menjadi tukang becak. Kemudian istrinya melahirkan anak ke-2 yang diberi nama Ricky yang awalnya menjadi tukang becak juga. tetapi Ricky lebih beruntung sehingga ia bisa mengubah statusnya menjadi seorang pengusaha sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya di sebut Mobilitas Antargenerasi.

D. Faktor penghambat mobilitas sosial
Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :
1.     Nelson Mandela, pejuang persamaan hak kulit hitam di Afrika selatan. Perbedaan kelas rasial, seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan

2.     Agama, seperti yang terjadi di India yang menggunakan sistem kasta. diskriminasi kelas dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini terbukti dengan adanya pembatasan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu mendapatkannya.
Contoh: "A" memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak bisa membiayai, sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya. Perbedaan jenis kelamin dalam masyarakat juga berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan status sosialya.

E. Hubungan Pendidikan dengan Mobilitas Sosial
Menurut Bahar(1989:37) ada beberapa hal hubungan antara sekolah dengan mobilitas sosial yaitu:
1. Kesempatan pendidikan , Kesempatan pendidikan ini banyak ditentukan oleh faktor-faktor tertentu antara lain kedudukan atau status sosial masyarakat.
2. Mendapatkan pekerjaaan, kualifikasi pendidikan ada hubungannya dengan jenis pekerjaan, akan tetapi tidak semua orang yang berkualifikasi tinggi dalam pendidikan mendapatkan yang cocok dengan pekerjaannya. Jadi secara singkat hubungan dengan mobilitas sosial dipengaruhi kesempatan memperoleh pendidikan dan kesempatan memperoleh pekerjaan sesuai dengan kualifikasi pendidikannya.

F. Pendidikan sebagai Sarana Mobilitas
Pendidikan tinggi dapat memberikan mobilitas sosial walaupun dengan bertambahnya lulusan perguruan tinggi makin berkurang jaminan ijasah untuk meningkat dalam status sosial. Pada dasarnya, pendidikan itu hanya salah satu standar saja. Dari tiga “jenis pendidikan” yang tersedia yakni pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal, tampaknya dua dari jenis yang terakhir lebih bisa diandalkan.
Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status, lebih mempercayai kepemilikan ijasah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan naik status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan individu yang bersifat praktis dari pada harus menghormati kepemilikan ijasah yang kadang tidak sesuai dengan kompetensi sang pemegang syarat tanda lulus itu. Inilah yang akhirnya memberikan peluang bagi tumbuhnya pendidikan-pendidikan nonformal, yang lebih bisa memberikan keterampilan praktis-pragramatis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya berpengaruh pada pencapaian status seseroang.

Dalam perspektif lain, dari sisi intelektualitas, memang orang-orang
berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya dalam masyarakat dan biasanya ini lebih terfokus pada jenjang-jenjang hasil keluaran pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya makin tinggi tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam masyarakat. Maka tingkat pendidikan yang tinggi dapat dikatakan telah mampu mengantarkan seseorang ke arah jenjang lapisan atas di suatu negara berkembang.
1. Pendidikan dan Karier
Spesialisasi pekerjaan yang meningkat mendesakkan permintaan akan spesialis-spesialis berpendidikan tinggi. Hal ini berlaku pada seniman-seniman terkemuka, penulis-penulis profesional dan para cendekiawan yang umumnya tidak hanya mengandalkan hubungan-hubungan keluarga, untuk mencapai sukses atau pada ikatan-ikatan kelas yang penuh dengan penghargaan serta ijasah pendidikan tinggi. Pola ini akan menjadi semakin menentukan juga di kalangan elit di mana hubungan-hubungan demikian memainkan peranan yang menentukan dalam proses mobilisasi.Segi-segi pendidikan mengenai kecenderungan seseorang dapat mencapai karier antara lain melalui jalur pendidikan formal dan magang.




2. Pendidikan Formal
Pentingnya pendidikan yang lebih tinggi dalam masyarakat juga dapat diamati pada lapisan elit masyarakat. Pendidikan demikian tidak dapat dihindari telah menyebabkan kebanyakan anggota elit militer, politik, ekonomi dan elit lainnya menguasai kecakapan-kecakapan kehidupan modern. Kesemuanya menjadi kian penting bagi mereka dalam proses mobilitas. Oleh karena dunia semakin kompleks dan kurang dapat dipahami oleh mereka yang tidak berpengalaman secara teknis, maka pendidikan telah berperan dalam memberi pengarahan baginya berperan dalam masyarakatnya. Semakin tinggi pendidikan formal seseorang akan semakin tinggi kemungkinan status sosial dan perannya di masyarakat.
3. Sistem Magang
Hal nyata dan penting bagi golongan elit dan masyarakat lain adalah keterikatan secara dini dengan pekerjaan, latihan dengan spesialisasi yang diperpanjang serta keterlibatan yang intensif dengan kerja dan sifat-sifat karier yang panjang dalam bidang-bidang yang lainnya telah merupakan faktor penting dalam penguasaan spesialisasi.Kemampuan ataupun promosi dapat dilalui dengan model magang.
Magang kerja telah dapat mengantarkan seseorang menguasai kompetensi kerja sehingga seseorang mendapatkan penghasilan pekerjaan. Selain pendidikan formal yang berjenjang dan magang, seseorang dapat mencapai suatu karier dengan latihan-latihan, baik dalam bentuk on the job training maupun bentuk latihan-latihan lainnya yang dapat diikuti seseorang dalam pengembangan kariernya.







BAB III
KESIMPULAN

Mobilitas sosial adalah usaha sadar dan terencana yang sistematis dalam upaya memanusiakan manusia. Mobilitas  adalah ilmu yang mempelajari Stuktur sosial  tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok. Atau Struktur sosial yang mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.





































DAFTAR PUSTAKA

M. Hernki, James. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi –Terjemahan.
Jakarta: Erlangga.

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Syani, Abdul. 2007. Sosologi, Skematika, teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Robinshon, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan - Terjemahan
Ed.1 Cet.1. Jakarta: CV. Rajawali.