MAKALAH
SOSIOLOGI
TENTANG
MOBILITAS
SOSIAL
DI
SUSUN
OLEH
NAMA : EVANS WIJAYA TAMPUBOLON
NPM : 090600074
FAKULTAS
HUKUM
UNIKA
SANTO THOMAS MEDAN
TAHUN
AJARAN 2010/2011
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah dengan
judul “Mobilitas
Sosial” ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun sebagai
prasyarat tugas mata kuliah Saosiologi. Mobilitas adalah gerak
perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah
dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
Oleh
karena itu, dalam makalah ini penulis akan
menguraikan
bagaimana mobilitas sosial itu sebenarnya.
Akhirnya
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Tak
lupa
terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam
penyususnan makalah ini.
Penulis
memohon maaf yang sebesarnya jikaada kesalahan yang tidak di sengaja dalam
makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat.
Medan,
01 Agustus 2011
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR
ISI.................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN.............................................................................
A. LATAR BELAKANG........................................................................
B. TUJUAN PENULISAN.....................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A. Definisi Mobilitas Sosial......................................................................
B. Cara untuk melakukan mobilitas
sosial................................................
C. Bentuk mobilitas sosial.........................................................................
D. Faktor penghambat mobilitas sosial......................................................
E.
Hubungan Pendidikan dengan Mobilitas Sosial...................................
F.
Pendidikan sebagai Sarana Mobilitas...................................................
BAB III KESIMPULAN..............................................................................
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Mobilitas sosial
adalah ilmu atau usaha sadar dan terencana yang sistematis dalam upaya
memanusiakan manusia. Mobilitas adalah
ilmu yang mempelajari
Stuktur
sosial tertentu yang mengatur organisasi
suatu kelompok.
Salah satu pokok
pembahasan mobilitas menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu
kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke
strata yang lainnya.
Sementara penjelasan dari Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu
gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi
suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu
dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Oleh karena itu,
dalam makalah ini penulis akan menguraikan bagaimana mobilitas sosial itu
sebenarnya.
B.
TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan isi dari makalah ini
adalah untuk mengetahui arti dan penjelasan dari mobilitas sosial itu di dalam
kelompok bermasyarakat.
Yang
diantaranya adalah ;
1.
Defenisi
mobilitas sosial
2.
Cara
untuk melakukan mobolitas sosial
3.
Bentuk
mobilitas sosial
4.
Faktor
penghambat mobilitas sosial
5.
Hubungan
pendidikan dengan mobilitas sosial
6.
Pendidikan
sebagai sarana mobilitas
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Mobilitas Sosial
Menurut Paul B.
Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas
sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke
strata yang lainnya. Sementara menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack,
mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola
tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial
mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara
individu dengan kelompoknya.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
definisi Mobilitas Sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial
ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang
lainnya dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi
suatu kelompok sosial.
B.
Cara untuk melakukan mobilitas sosial
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas
sosial ke atas adalah sebagai berikut :
1.
Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis,
melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan
mempengaruhi peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena
keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Manager,
sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat
dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia
memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
2.
Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah
tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru atau
dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah,
indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah
akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya
gerak sosial ke atas.
3.
Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha
menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas
yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah
laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut
untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya.
Contoh:
agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan lapisan
kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan
kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah asing.
C.
Bentuk mobilitas sosial
1.
Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau
obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial
lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang dalam mobilitas sosialnya.
Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat,
mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini
mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena
gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah status sosialnya.
2.
Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau
objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang
tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Mobilitas vertikal ke atas (Social climbing)
Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing mempunyai
dua bentuk yang utama masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu
yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana
kedudukan tersebut telah ada sebelumnya.
Contoh:
A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan,
ia diangkat menjadi kepala sekolah. Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu
kelompok baru memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya,
misalnya dengan mengangkat diri menjadi ketua organisasi.
b. Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
Mobilitas
vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama
Ø Turunnya kedudukan.
Kedudukan
individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah. Contoh: seorang
prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan
tugasnya.
Ø Turunnya derajat kelompok.
Derajat
sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok sebagai
kesatuan.
Contoh:
Juventus terdegradasi ke seri B. akibatnya, status sosial tim pun turun.
3.
Mobilitas antargenerasi
Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi
atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan
seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik
atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan
itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke
generasi lainnya.
Contoh:
Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga
sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara.
Contoh ini menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.
4.
Mobilitas intragenerasi
Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang terjadi di
dalam satu kelompok generasi yang sama.
Contoh:
Pak Darjo adalah seorang buruh. Ia memiliki anak yang bernama Endra yang
menjadi tukang becak. Kemudian istrinya melahirkan anak ke-2 yang diberi nama
Ricky yang awalnya menjadi tukang becak juga. tetapi Ricky lebih beruntung
sehingga ia bisa mengubah statusnya menjadi seorang pengusaha sementara Endra
tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya
di sebut Mobilitas Antargenerasi.
D.
Faktor penghambat mobilitas sosial
Ada
beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor
penghambat itu antara lain sebagai berikut :
1. Nelson Mandela, pejuang persamaan
hak kulit hitam di Afrika selatan. Perbedaan kelas rasial, seperti yang terjadi
di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak
memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk
bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan
dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi
presiden Afrika Selatan
2. Agama, seperti yang terjadi di India
yang menggunakan sistem kasta. diskriminasi kelas dalam sistem kelas terbuka
dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini terbukti dengan adanya pembatasan
suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya
sedikit orang yang mampu mendapatkannya.
Contoh:
"A" memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena kedua
orangtuanya tidak bisa membiayai, sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk
meningkatkan status sosialnya. Perbedaan jenis kelamin dalam masyarakat juga
berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan
kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan status sosialya.
E.
Hubungan Pendidikan dengan Mobilitas Sosial
Menurut Bahar(1989:37) ada beberapa hal hubungan antara
sekolah dengan mobilitas sosial yaitu:
1.
Kesempatan pendidikan , Kesempatan pendidikan ini banyak ditentukan oleh
faktor-faktor tertentu antara lain kedudukan atau status sosial masyarakat.
2.
Mendapatkan pekerjaaan, kualifikasi pendidikan ada hubungannya dengan jenis
pekerjaan, akan tetapi tidak semua orang yang berkualifikasi tinggi dalam
pendidikan mendapatkan yang cocok dengan pekerjaannya. Jadi secara singkat
hubungan dengan mobilitas sosial dipengaruhi kesempatan memperoleh pendidikan
dan kesempatan memperoleh pekerjaan sesuai dengan kualifikasi pendidikannya.
F.
Pendidikan sebagai Sarana Mobilitas
Pendidikan tinggi dapat memberikan mobilitas sosial walaupun
dengan bertambahnya lulusan perguruan tinggi makin berkurang jaminan ijasah
untuk meningkat dalam status sosial. Pada dasarnya, pendidikan itu hanya salah
satu standar saja. Dari tiga “jenis pendidikan” yang tersedia yakni pendidikan
informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal, tampaknya dua dari jenis
yang terakhir lebih bisa diandalkan.
Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status,
lebih mempercayai kepemilikan ijasah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan
dan naik status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan individu yang bersifat
praktis dari pada harus menghormati kepemilikan ijasah yang kadang tidak sesuai
dengan kompetensi sang pemegang syarat tanda lulus itu. Inilah yang akhirnya
memberikan peluang bagi tumbuhnya pendidikan-pendidikan nonformal, yang lebih
bisa memberikan keterampilan praktis-pragramatis bagi kebutuhan dunia kerja
yang tentunya berpengaruh pada pencapaian status seseroang.
Dalam perspektif lain, dari sisi intelektualitas, memang
orang-orang
berpendidikan
lebih tinggi derajat sosialnya dalam masyarakat dan biasanya ini lebih terfokus
pada jenjang-jenjang hasil keluaran pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya
makin tinggi tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang
tinggi dalam masyarakat. Maka tingkat pendidikan yang tinggi dapat dikatakan
telah mampu mengantarkan seseorang ke arah jenjang lapisan atas di suatu negara
berkembang.
1.
Pendidikan dan Karier
Spesialisasi pekerjaan yang meningkat mendesakkan permintaan
akan spesialis-spesialis berpendidikan tinggi. Hal ini berlaku pada
seniman-seniman terkemuka, penulis-penulis profesional dan para cendekiawan
yang umumnya tidak hanya mengandalkan hubungan-hubungan keluarga, untuk mencapai
sukses atau pada ikatan-ikatan kelas yang penuh dengan penghargaan serta ijasah
pendidikan tinggi. Pola ini akan menjadi semakin menentukan juga di kalangan
elit di mana hubungan-hubungan demikian memainkan peranan yang menentukan dalam
proses mobilisasi.Segi-segi pendidikan mengenai kecenderungan seseorang dapat
mencapai karier antara lain melalui jalur pendidikan formal dan magang.
2. Pendidikan Formal
Pentingnya pendidikan yang lebih tinggi
dalam masyarakat juga dapat diamati pada lapisan elit masyarakat. Pendidikan
demikian tidak dapat dihindari telah menyebabkan kebanyakan anggota elit
militer, politik, ekonomi dan elit lainnya menguasai kecakapan-kecakapan
kehidupan modern. Kesemuanya menjadi kian penting bagi mereka dalam proses
mobilitas. Oleh karena dunia semakin kompleks dan kurang dapat dipahami oleh
mereka yang tidak berpengalaman secara teknis, maka pendidikan telah berperan
dalam memberi pengarahan baginya berperan dalam masyarakatnya. Semakin tinggi
pendidikan formal seseorang akan semakin tinggi kemungkinan status sosial dan
perannya di masyarakat.
3. Sistem Magang
Hal nyata dan penting bagi golongan
elit dan masyarakat lain adalah keterikatan secara dini dengan pekerjaan,
latihan dengan spesialisasi yang diperpanjang serta keterlibatan yang intensif
dengan kerja dan sifat-sifat karier yang panjang dalam bidang-bidang yang
lainnya telah merupakan faktor penting dalam penguasaan spesialisasi.Kemampuan
ataupun promosi dapat dilalui dengan model magang.
Magang kerja telah dapat mengantarkan
seseorang menguasai kompetensi kerja sehingga seseorang mendapatkan penghasilan
pekerjaan. Selain pendidikan formal yang berjenjang dan magang, seseorang dapat
mencapai suatu karier dengan latihan-latihan, baik dalam bentuk on the job
training maupun bentuk latihan-latihan lainnya yang dapat diikuti seseorang
dalam pengembangan kariernya.
BAB III
KESIMPULAN
Mobilitas sosial adalah usaha sadar dan terencana
yang sistematis dalam upaya memanusiakan manusia. Mobilitas adalah ilmu yang mempelajari Stuktur
sosial tertentu yang mengatur organisasi
suatu kelompok. Atau Struktur
sosial yang mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan
antara individu dengan kelompoknya.
DAFTAR PUSTAKA
M. Hernki, James. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi –Terjemahan.
Jakarta: Erlangga.
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosologi Suatu Pengantar. Jakarta:
PT. Raja Grafindo
Persada.
Syani, Abdul. 2007. Sosologi, Skematika, teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Robinshon, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan - Terjemahan
Ed.1 Cet.1. Jakarta: CV. Rajawali.